Untuk sahabatku, yang sedang dipersimpangan jalan
Mana Senyum yang dulu terukir bersama lesungmu
Mana tawa renyah yang pernah menghiburku
Aku dengar ada kemurungan dibalik tetawamu
Aku lihat pandangan kosong dari mata lentikmu
Aku tanggap ada kekecewaan pada sikap lugumu
Sepertinya ada kesedihan yang sangat mendalam
Kaupun angkat bicara mengisahkan kepahitanmu
Semuanya mengenai kesetiaan yang menjadi kenangan
Keterlukaanmu meninggalkan bekas yang tak tersirat
Kesakitanmu memekik perih jauh di dalam lubuk hatimu
Kepolosanmu mengartikan sebuah kesederhanaan
Tapi bukanlah kebodohan yang bisa dipermainkan
Ketulusanmu pada cinta yang belum semestinya
Menorehkan aib yang berimbas pada kesucianmu
Walaupun ketidakberdayaanmu menghadapi nafsunya
Sadarlah, lelaki itu bukanlah yang terbaik untukmu
Ketika sayang berbuah cinta, dan cinta itu cinta buta
Maka mata hatimu akan ikut terbutakan olehnya
Keluarlah dari bingkai asmara derita itu
Kuburlah sedalam kau merasakan getirnya
Saatnya mencipta ruang baru untukmu
Saatnya membingkai indah kehidupanmu
Hidupmu bukan untuk kau sesali, tapi untuk kau lalui
Kesalahanmu bukanlah akhir dari kisah hidupmu
Saatnya kau pecahkan batu besar yang ada dihadapanmu
Saatnya kau bangkit dari keterpurukanmu itu
Berjuanglah wahai sahabatku!
Aku di sini mendukungmu!
Berdirilah teman baikku!
Aku akan mendampingimu!
Ketika Cinta Berbuah Duka
Written by Sachdar Gunawan | Monday, January 29, 2007 | Puisi | 0 Comment »
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Comment
Post a Comment