Saat Bangun tidur, saat bercermin, setelah melihat diri sendiri, kita kaget, karena kita telah berubah menjadi monster seribu mulut dan seribu tangan
Tidak lama kemudian, karena ketakutan, kita takut pada diri kita sendiri, kemudian kita bersembunyi dibalik tempat tidur untuk menghindari orang lain.
Dalam kegelapan dan kegelisahan, kita bingung kenapa kita berubah menjadi monster yang sangat menakutkan, apa arti semua ini?
Banyak diantara kita hidup dengan topeng seribu mulut dan seribu tangan seperti monster itu, mulut istilah untuk si banyak bicara, dan tangan si kemaruk [serakah]. Seringkali kita bicara apapun yang kita suka dan yang disukai orang lain walaupun hal itu sangat jauh dari kebenaran, kita sengaja membual untuk menjaga image kita agar tetap dipandang baik, berbohong sedikit hanya untuk sekedar menambah popularitas kita, walau kadang harus memfitnah seseorang yang kita anggap sebagai saingan kita. Seringkali juga tangan kita aktif bekerja, berusaha untuk bisa bertahan hidup, halal atau haram sudah tidak menjadi soal, asalkan kebutuhan terpenuhi, bisa menjadi kepuasan tersendiri walau apa yang kita lakukan, apa yang kita terima, apa yang kita ambil, adalah hak orang lain.
Ketika kita berada di tengah-tengah khalayak, kita merasa diri kita bangga dengan status kita, kedudukan kita, serta apa-apa saja yang telah kita raih, tapi saat kulit kita mulai terkelupas, terlihat diri kita yang sebenarnya, kelicikan kita, ke-aroganan kita, kita akan malu dan bersembunyi sejauh-jauhnya dari tempat itu.
Bila tidak ingin selama hidup bersembunyi di balik tempat tidur,. Lepas topeng kemunafikan itu, jadilah diri sendiri, hidup apa adanya, rasakan kehadiran Tuhan, berbagi dengan sesama, dan raih kebahagiaan.
Tidak lama kemudian, karena ketakutan, kita takut pada diri kita sendiri, kemudian kita bersembunyi dibalik tempat tidur untuk menghindari orang lain.
Dalam kegelapan dan kegelisahan, kita bingung kenapa kita berubah menjadi monster yang sangat menakutkan, apa arti semua ini?
Banyak diantara kita hidup dengan topeng seribu mulut dan seribu tangan seperti monster itu, mulut istilah untuk si banyak bicara, dan tangan si kemaruk [serakah]. Seringkali kita bicara apapun yang kita suka dan yang disukai orang lain walaupun hal itu sangat jauh dari kebenaran, kita sengaja membual untuk menjaga image kita agar tetap dipandang baik, berbohong sedikit hanya untuk sekedar menambah popularitas kita, walau kadang harus memfitnah seseorang yang kita anggap sebagai saingan kita. Seringkali juga tangan kita aktif bekerja, berusaha untuk bisa bertahan hidup, halal atau haram sudah tidak menjadi soal, asalkan kebutuhan terpenuhi, bisa menjadi kepuasan tersendiri walau apa yang kita lakukan, apa yang kita terima, apa yang kita ambil, adalah hak orang lain.
Ketika kita berada di tengah-tengah khalayak, kita merasa diri kita bangga dengan status kita, kedudukan kita, serta apa-apa saja yang telah kita raih, tapi saat kulit kita mulai terkelupas, terlihat diri kita yang sebenarnya, kelicikan kita, ke-aroganan kita, kita akan malu dan bersembunyi sejauh-jauhnya dari tempat itu.
Bila tidak ingin selama hidup bersembunyi di balik tempat tidur,. Lepas topeng kemunafikan itu, jadilah diri sendiri, hidup apa adanya, rasakan kehadiran Tuhan, berbagi dengan sesama, dan raih kebahagiaan.
0 Comment
Post a Comment