Perayaan Tahun Baru, peluang atau jebakan?

Written by Sachdar Gunawan | Monday, January 01, 2007 | | 0 Comment »

Dibalik moment menjelang tahun baru, beragam aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat, mulai dari pesta di club malam yang rawan dengan free sex dan Drugs, kumpul di lapangan terbuka, tempat hiburan, menyaksikan konser musik yang seringkali memakan korban jiwa, di saat yang lain ada juga yang hanya melewatinya dengan tidur, berdua’an dengan sang pacar, dll. Saya mencoba memahami apa tujuan orang-orang merayakannya, apakah hanya sekedar acara penyambutan datangnya tahun baru dan perpisahan dengan tahun sebelumnya, atau hanya sebagai alasan untuk melaksanakan aktivitas bersenang-senang, bagi kaum hedonisme mungkin sudah bisasa, karena memang itu dunia mereka, tapi bagi mereka yang bukan? Apakah ini menjadi sebuah kesempatan untuk mengikuti jejak, meniru gaya hidup dan cara hidup kaum hedonis?

Ketika waktu menunjukkan pukul 00.00 yang menandakan berakhirnya tahun dan permulaan tahun berikutnya, disebagian tempat terompet berbunyi nyaring saling bersautan, kembang api berhamburan di angkasa, suara tawa terdengar ramai, saling mengucapkan selamat tahun baru, berpelukan, bahkan dengan yang bukan muhrimnya, apakah tidak sebaiknya mereka mengevaluasi diri mereka, menghisab diri mereka sebelum dihisab oleh Sang Pencipta, mereka tertawa saat dosanya bergelimangan.

Tapi di tempat lain, di masjid, musholla, sebagian dari kita yang masih sadar, sadar akan siapa dirinya, sadar akan perannya di dunia, sadar akan dosanya yang berlimpah, sedang menangis dalam indahnya shalat malam, mereka sadar bahwa diri mereka bukan siapa-siapa, selain hambaNya, mereka sedih akan keburukan-keburukan yang telah dilakukan, mereka prihatin akan diri mereka yang belum berarti apa-apa untuk sesama, tapi mereka berdo’a kepada Allah SWT agar diberikan kekuatan untuk memperbaikinya dan dengan rasa antusias yang besar, hati mereka cerah, secerah keoptimisan mereka menghadapi tahun berikutnya.

Semua yang diciptakan Allah SWT berpasang-pasangan, di mana ada keburukan, maka ada kebaikan, sampai kapanpun kebaikan selalu ada, keburukan juga tak akan sirna, itu merupakan sunatullah, hanya Allah SWT yang tahu waktu penghabisannya. Hal itu adalah tantangan dan pilihan bagi kita, tentunya orang yang bijak akan selalu berusaha memposisikan diri mereka pada kebaikan.

Aktivitas yang bersifat sia-sia seperti yang dilakukan kaum hedonis akan selalu ada, dan tidak akan hilang seiring pergantian tahun, mungkin hanya modelnya yang berbeda, bisa jadi lebih parah dari yang terjadi tahun ini, tapi jangan lupa, di masjid-masjid, atau musholla, akan lebih banyak lagi acara rohani yang akan dilaksanakan. Acara seperti, mabit, tasqif, ta’lim, tabligh yang berisi tausiyah-tausiyah penyegar rukhiyah, dzikir, dan shalat lail sebagai imunitas takwa, serta muhasabah yang akan menambah keimanan kita, akan semakin bertambah keberbagai pelosok dari tahun ke tahun.

Hai para sahabat! Berhati-hatilah, jangan sampai terjebak pada kenikmatan dunia, jangan masuk perangkap gemerlapnya perayaan tahun baru. Masih banyak cara yang baik untuk mendekatkan diri kita kepadaNya, Masih banyak orang-orang baik yang akan menyamankan kita untuk menerima hidayahNya.

[1 Januari 2006]

0 Comment