Aku melihat kini keberadaanku terletak pada titik minus yang sangat kronis, mungkin aku berada pada kondisi stagnan, hari-hariku seperti tiada arti, apakah aku terlalu menuntut lebih pada diriku sendiri, sehingga perkembangan kecil tidak berarti, atau memang hal-hal baru yang terlewati itu tidak cukup membuat diriku puas, ah…. Aku harus berusaha realistis menyikapi kehidupan ini, mungkin aku terlalu santai menjalankan aktivitasku, mungkin aku terlalu pelan mengejar target-target yang sudah ku buat di awal tahun lalu.
Apakah aku terlalu sibuk? Ya.. aku terlalu disibukkan dengan aktivitas duniaku yang seakan membuat anganku melayang-layang sehingga sulit sekali menapakkan kakiku ini, benarkah aku terjangkit penyakit ghurur? Apakah aku benar-benar terlena dengan aktivitas yang kulakukan, sehingga aku menjadi terpedaya karena keayikkan dengan keindahan maya yang membayang-bayangiku selama ini.
Yang pasti, beberapa minggu ini, aku jarang sekali memberikan kesempatan pada diriku untuk berkomunikasi dalam rangka evaluasi. Sudah benarkah tindakanku selama ini? Sudah sejauh manakah perkembangan yang telah dihasilkan? Sesiap apakah diriku menghadapi tantangan hidup yang dapat membuat adrenalinku mendidih? Sesiap apakah diriku menyikapi ujian hidup yang membuat urat-urat dikepalaku menarik kencang? Andaikan tsunami atau gempa menimpa diriku, mungkin saat ini aku sudah mati.
Uh…. Aku tidak boleh terus-terusan mengeluh pada diriku ini, apalagi kepada Penciptaku, malu rasanya! Sepertinya aku tidak pantas mencurahkan kegelisahanku saat ini kepada-Nya, aku bukanlah hamba yang baik, aku hanyalah seonggok kotoran kecil di hadapan-Nya. Tapi saat ini tidak ada lagi tempatku meluapkan kecemasan hati, hanya kepada-Nya lah aku berlabuh, aku tidak peduli sehitam apa diri ini, aku hanya ingin berusaha menghapus warna hitam yang menodai hati dan jiwaku ini.
Hanya satu hal yang harus kuperbuat setelah ini, lakukan yang terbaik untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Ya,… aku harus berusaha keras membuat diri ini lebih berarti, untuk diri sendiri dan orang lain. sudah bukan masanya lagi memikirkan diri sendiri, sudah bukan saatnya lagi bersantai-santai, karena masih banyak PR yang harus segera diselesaikan.
Apakah aku terlalu sibuk? Ya.. aku terlalu disibukkan dengan aktivitas duniaku yang seakan membuat anganku melayang-layang sehingga sulit sekali menapakkan kakiku ini, benarkah aku terjangkit penyakit ghurur? Apakah aku benar-benar terlena dengan aktivitas yang kulakukan, sehingga aku menjadi terpedaya karena keayikkan dengan keindahan maya yang membayang-bayangiku selama ini.
Yang pasti, beberapa minggu ini, aku jarang sekali memberikan kesempatan pada diriku untuk berkomunikasi dalam rangka evaluasi. Sudah benarkah tindakanku selama ini? Sudah sejauh manakah perkembangan yang telah dihasilkan? Sesiap apakah diriku menghadapi tantangan hidup yang dapat membuat adrenalinku mendidih? Sesiap apakah diriku menyikapi ujian hidup yang membuat urat-urat dikepalaku menarik kencang? Andaikan tsunami atau gempa menimpa diriku, mungkin saat ini aku sudah mati.
Uh…. Aku tidak boleh terus-terusan mengeluh pada diriku ini, apalagi kepada Penciptaku, malu rasanya! Sepertinya aku tidak pantas mencurahkan kegelisahanku saat ini kepada-Nya, aku bukanlah hamba yang baik, aku hanyalah seonggok kotoran kecil di hadapan-Nya. Tapi saat ini tidak ada lagi tempatku meluapkan kecemasan hati, hanya kepada-Nya lah aku berlabuh, aku tidak peduli sehitam apa diri ini, aku hanya ingin berusaha menghapus warna hitam yang menodai hati dan jiwaku ini.
Hanya satu hal yang harus kuperbuat setelah ini, lakukan yang terbaik untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Ya,… aku harus berusaha keras membuat diri ini lebih berarti, untuk diri sendiri dan orang lain. sudah bukan masanya lagi memikirkan diri sendiri, sudah bukan saatnya lagi bersantai-santai, karena masih banyak PR yang harus segera diselesaikan.
0 Comment
Post a Comment