Hidup untuk Hidup

Written by Sachdar Gunawan | Wednesday, April 18, 2007 | | 0 Comment »

Di zaman yang penuh dengan krisis multidimensional ini, ada virus terbaru yang sedang mewabah. AIDS, flu burung bisa jadi kalah mematikan dengan virus ini. Virus tersebut adalah virus ”PASRAHISME” , pasrah dengan kehidupan yang keras ini, yang penting kita bisa hidup, yang penting kita harus menerima. Tidak memberi kesempatan kepada diri untuk protes, menerima segala sesuatu apa adanya.

Pasrah berbeda dengan tawakal, tawakal mengandung unsur doa, usaha, baru tawakal, tapi pasrah langsung menuju tawakal. Bagaimana kita bisa tau kemampuan kita yang sebenarnya jika kita tidak meniatkan diri kita dengan berdo’a kepada Tuhan, lalu berusaha dengan keras mewujudkan apa yang ingin kita capai. Jika kita terkena wabah ini, diri kita bisa menjadi diam, tak melakukan tindakan untuk melakukan perubahan. Bisa kita bayangkan dalam satu negara yang bernama Indonesia ini, sebagian penduduknya terinfeksi wabah ini, Indonesia menjadi negara yang tertinggal, karena tidak ada keinginan untuk melakukan perubahan.

Informasi yang saya dapatkan bahwa saat ini, Indonesia yang berpenduduk sekitar 200-an juta jiwa, telah menjadi negara berpenduduk terbanyak ke 3setelah China dan Amerika, no 3 terbesar negara terkorup di dunia. Dan info terakhir Indonesia menjadi negara terbesar ke 2 setelah Thailand yang menjalankan bisnis perdagangan wanita di bawah umur. Itulah rekor negara kita, rekor terbesar yang bisa dicapai saat ini, tapi apakah itu akan terus berkembang, akankah rekor itu bisa menjadi lebih buruk lagi. Hanya satu solusinya, kita harus melakukan perubahan, tentunya perubahan kepada keadaan yang lebih baik.

Mengutip perkataan seorang bijak, jika ingin berubah harus mulai saat ini, dari yang terkecil dan lakukan terus. Jika saja tiap manusia Indonesia melakukan ini, kita bisa merasakan kemajuan yang pesat dalam kurun waktu yang tidak akan lama, kita akan bisa mengejar ketertinggalan kita dalam segala bidang kehidupan, kita bisa menjadi negara berpengaruh di Asia bahkan Dunia.

Andai saja kita mau memaknai hidup lebih dalam lagi, dalam kamus besar Bahasa Indonesia, hidup berarti masih terus ada, bergerak sebagaimana mestinya, saya memaknainya bergerak kepada ke arah yang lebih baik. Jika kita diam atau bergerak kepada keterpurukan, sama saja tidak seperti orang yang hidup, kita hidup tapi seperti orang mati.

Sudah sepantasnya kita hidup untuk membuat diri kita lebih hidup, menjadi lebih baik, karena pada hakikatnya hidup adalah seperti perjalanan, hidup bukanlah tujuan akhir, hidup adalah proses yang harus kita jalani, dan nilai dari cara kita menjalani hidup menjadi hal terpenting dalam menikmatinya. Bisa jadi kita hidup sukses dengan menjadi pengusaha terkenal, tapi jika semua itu kita hasilkan dengan mengorbankan banyak kebahagian orang, mengambil hak orang, apa gunanya. Hidup akan terasa lebih hidup, jika hidup kita berkualitas, dalam arti kita benar-benar menikmati hidup dengan segala kepositifan yang kita miliki.

0 Comment