PROSES PENGEMBANGAN DIRI II

Written by Sachdar Gunawan | Thursday, April 05, 2007 | | 0 Comment »

II. DARIMANA HARUS MEMULAI ?

Kita harus memulainya dengan terlebih dahulu mengindentifikasi siapa kita pada saat ini? Sebenarnya kehidupan kita pada saat ini dipengaruhi oleh tiga hal : kehidupan masa lalu kita, kita apa adanya sekarang, dan mimpi/imajinasi kita tentang kita di masa depan ( sampai akhirat )

1. Masa Lalu Kita
Kita pada hari ini tideak lepas dari proses pembelajaran kita dimasa lalu. Bimbingan orangtua, proses pembelajaran kita dalam hidup, pengalaman kehidupan yang sudah lalu, semua itulah yang menjadikan kita hari ini, Baik-buruk, suka-duka, senang-susah, sedih-gembira dimasa lalu kita ( bahkan sejak masa kanak-kanak ) memberikan sumbangan kita sampai hari ini. Mungkin kita dapar sedikit memetik hikmah dari untaian kata-kata dari Dorothy Law Nolte :

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan hinaan, ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak deibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan arti hidup dalam kehidupan

Dengan cara manakah kita dibesarkan dan hidup?
Tapi apakah akhirnya kehidupan kita saat ini dibentuk oleh kehidupan masa lalu kita ?
Jawabannya adalah TIDAK

Kita tidak dapat tergantung/dibentuk oleh masa lalu kita. Kita haus mempersepsikan masa lalu kita secara positif dan proporsional. Interopeksi ( Muhasabah ), perenungan positif adalah sebuah metode bagi kita untuk merubah pengalaman masa lalu kita menjadi energi positif. Umar Bin Khatab memiliki masa lalu yang sangat suram, tetapi ia dapat menjadikan masa lalunya sebagai unsur perubah, sehingga ia menjadi energi positif untuk mencapai mardhotillah. Begitu jua dengan Khalid Bin Walid serta Bilal bin Rabah. Bagaimana dengan kita ?

Meskipun kita dapat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman kanak-kanak yang malang, namun kita bukanlah korban-korban tetap dari pengalaman-pengalaman ini, kita dapat berubah, bertumbuh dan mencapai tingkat-tingkat kesehatan psikologis yang tinggi ( Abraham Maslow )

2. Masa Kini

Masa kini, kondisi kita saat ini, kita hari ini apa adanya adalah merupakan akumulasi pencapaian aktualisasi diri dari potensi-potensi kita, tapi in fact kebanyakan orang hanya menggunakan sebagian kecil dari kemampuannya ( William James, Filsuf dan Psikolog asal USA ), artinya kita saat ini hanyalah baru sebagian kecil dari seharusnya kita menjadi. Masih banyak potensi-potensi dalam diri kita yang belum terbina, terbangun dan teraktualisasi dan yang belum, baik dari segi fisik, emosi, sikap, intelektual dan lainnya lagi. Inventarisasi semua hal itu dengan metode perenungan, instropeksi individual, kemudian mintalah pendapat orang lain, sahabat, orang tua, teman kerja atau lainnya untuk membantu kita dalam mengenali potensi apa saja yang sudah dan belum teraktualisasi

Identifikasi dan inventarisasi itu merupakan database kita untuk mulai merencanakan pengembangan diri. Database tersebut dapat memberikan informasi kepada kita potensi-potensi apa yang harus kita rencanakan untuk mengaktualisasikannya, dan juga bagaimana potensi-potensi yang sudah teraktualisasi dapat dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya

3. Masa Depan

Masa depan adalah sebauh mimpi/imajinasi kita untuk menjadi apa. Apa yang ada dalam benak dan fikiran kita tentang masa depan kita? Menjadi orang sukseskah? Menjadi orang bahagiakah? Prinsip dan imajinasi anda yang menentukan! Kehidupan kita ditentukan oleh pikiran kita ( Muhammad Al Ghazali ). Namun dalam imajinasi kita tentang masa depan kita ada perbedaan orang yang religius dan yang tidak. Orang yang religius memandang bahwa masa depannya bukan hanya pada tahap hidup di dunia, tetapi ada hal yang lebih penting lagi adalah masa depan akhirat. Sehingga cobalah latih imajinasi kita untuk memikirkan bagaimanakah keadaan akhir kita kelak di akhirat bahagiakah atau tersiksa?

Bingkai dengan Emosi Positif

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi ( pula ) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui” ( Al Qur’an ).

Apa yang kita rasakan ketika membaca ayat ini? Mungkin kita akan merasakan nuansa optimisme dalam diri kita, karena ayat ini mengajarkan kita untuk selalu mengembangkan emosi positif kita tentang segala hal yang terjadi dalam kehidupan kita.

Bingkailah kehidupan masa lalu, mas kini, dan masa depan kita dengan emosi positif. Pandanglah setiap kejadian-kejadian masa lalu sebagai hal terbaik untuk meraih hal yang lebih baik. Jadikanlah kondisi kehidupan kita saat ini menurut kita atau menurut orang lain sebagai sebuah cermin bagi kita untuk melangkah menjadi lebih baik. Dan raihlah masa depan kita yang telah kita cita-citakan dalam imajinasi kita


Bingkai dengan Nilai

Setelah kita tahu tentang siapa kita? Apakah itu sudah cukup? Belum! Karena persepsi kita tentang kita ditentukan oleh kita sendiri dan oleh teman-teman kita sesama manusia. Kita tidak obyektif, karena manusia tidak ada yang obyektif, hanya Allah SWT yang obyektif. Karena kita adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT, maka kita sebaiknya menanyakan pada sang pencipta gambaranNya tentang kita. Sebab ia menciptkan kita masing-masing secara unik, artinya dengan bakat, kemampuan, tenaga dan ideal-ideal tersendiri. Dengan menemukan gambaran Allah tentang kita. Kita temukan ideal kita, makna hidup kita, tujuan seluruh keberadaan kita didunia ini. Kita akan terarah, inilah nilai yang dapat dengan jernih mempersepsikan secara positif. Kehidupan masa lalu, masa kini dan masa depan kita. Nilai inilah yang menentukan akan menjadi apa kita kelak dan bagaimana akhirnya.

0 Comment