Bayangan Penyesalan seorang pendosa

Written by Sachdar Gunawan | Thursday, December 28, 2006 | , | 0 Comment »

Hingga kini ku tak tau aku siapa, aku hidup untuk siapa, yang pasti hidupku mengalir sesuai keinginanku, tapi aku tidak pernah puas akan hal itu, dibenakku hanyalah menginginkan kesenangan, kesenangan yang hanya mengikuti hawa nafsuku, sebenarnya aku lelah, aku merasa seperti budak diriku sendiri, di saat yang lain aku memasang topeng diri hanya supaya dinilai baik oleh lainnya, aku tau diri ini munafik, banyak kebohongan yang terjadi, dan aku sering tertipu. Aku muak, aku ingin lari dari ini, tapi aku bukan pengecut, aku juga tidak mau dibilang pecundang, aku hanya tidak jujur pada diriku sendiri, akhirnya aku berlari ketepian atas, hampir saja aku terjatuh, tapi sepertinya penciptaku masih menyayangiku, aku sadar itu, aku teriak sekencang kemampuanku, sampai suaraku seperti ingin pecah. Kusut sekali diriku saat itu, jalankupun tidak sempurna, badanku lelah tak bertenaga, aku tidak dapat berpikir apa-apa, tiba-tiba aku terjatuh dan tak sadarkan diri.

Dalam kegelapan aku kebingungan berada di mana, aku takut sekali, yang kulihat hanya setitik cahaya putih berada di depanku, dan dari arah yang sama terdengar suara ‘ikuti aku... ‘, seperti terhipnotis aku dekati sumber cahaya itu, dan suara itu terus terdengar, semakin lama semakin jauh, dan menghilang. Aku merasakan kesepian, aku terus berjalan menuju cahaya itu, semakin jauh ku melangkah semakin mengecil titik itu, pesimis mulai melandaku, resah, gelisah mulai menyelimuti pikiranku, apakah harapanku seperti titik itu, apakah harapanku tipis. Dengan diiringi isak tangis aku berdoa kepada penciptaku, aku memohon kesempatan kepadaNya, aku meminta waktu untuk memperbaiki kealfaanku, air mataku membasahi tanah tampatku bersujud, bahkan tangan dan kakiku merasakan hangatnya air mataku. Tidak lama kemudian aku tersadar, aku terbangun dalam terang yang sangat. Ku sadari aku berada dalam kamar tidurku, aku seperti mendapat energi baru, kakiku terasa ingin berlari, dan pikiranku terasa jernih, apa yang terjadi padaku, aku hanya teringat akan dosaku yang telah lalu, dan sudah kewajibanku menebus smua kesalahanku. Rupanya aku telah dirawat oleh keluargaku, satu minggu sudah aku tertidur, ternyata masih ada yang peduli terhadapku, keluarga yang dulu kuanggap telah mengecewakanku ternyata masih menyayangiku, air mataku mengalir, aku hanya bersyukur kepada penciptaku, aku telah diberikan kesempatan olehNya, dan aku harus memanfaatkan kesempatan ini untuk memperbaiki hidupku yang telah hancur oleh diriku sendiri.

[30 Oktober 2006]

0 Comment