Dari tempat akh reza aku langsung menuju RS. Kramat 128 untuk menjenguk Memei, temanku yang berasal dari P. bangka. aku mengenalnya sejak 2 tahun lalu. Kondisi memei sejak akhir tahun 2005 lalu memang cukup memprihatinkan, karena saat itu ia memforsir dirinya untuk beraktivitas sehingga badannya drop, bahkan ia sempat divonis types oleh dokter, lalu demam berdarah, dan sekarang ia terkena fleks. Aku berharap memei bisa lekas sembuh sehingga bisa melanjutkan aktivitasnya sehingga bisa menggapai citanya.
Sedikit mengupas tentang kehidupannya, ia adalah sosok wanita tangguh yang memiliki ambisi besar mengenai citanya, demi itu semua, ia rela meninggalkan pekerjaannya sewaktu di bangka, padahal ia sudah nyaman dengan suasana kerjanya, akhirnya ia memutuskan untuk berkelana ke Jakarta, memang pekerjaan sudah ia dapatkan, hanya saja dengan ritme aktivitas yang padat, sehingga sedikit baginya untuk istirahat, bahkan beberapa kali ia jatuh sakit, seperti yang sudah aku ceritakan di atas, tapi hal itu tidak menyurutkannya, bahkan saat aku jenguk saat itu, ia masih optimis dengan apa yang sedang ia perjuangkan. Ia yakin benar bahwa untuk menggapai sesuatu harus ada yang dikorbankan, dan tentunya ia juga yakin bahwa semua pengorbanan itu ada imbalannya.
Aku di rumah sakit hingga pukul 20.30, sengaja aku menunggu sampai bunda datang, bunda adalah panggilanku kepada Ibu Memei, sekalian silaturahmi setelah terakhir bertemu akhir Juli lalu ketika Bunda dirawat di rumah sakit ini. Bunda memang salah satu pasien di sini, dengan fasilitas yang ia dapat dari perusahaan tempat ia bekerja [sebut saja PT Timah, yang merupakan perusahaan besar di P. Bangka] setiap kali bunda sakit yang tidak ringan, ia selalu ke Jakarta, tentunya ke tempat ini, dan Memei juga mendapatkan fasilitas yang sama ketika ia sakit.
Tidak lama kemudian Bunda datang bersama menantunya [Suami dari Kakak Memei] yang baru saja turun dari kapal, karena pekerjaannya di lepas pantai. Kami mengobrol menanyakan kabar masing-masing, setelah cukup lama, aku pamit dan langsung kembali ke tempat kosku untuk mengambil pakaian kotorku dan beberapa perlengkapan yang aku butuhkan, lalu meninggalkan tempat kosku menuju rumah.
[5 November 2006]
Sedikit mengupas tentang kehidupannya, ia adalah sosok wanita tangguh yang memiliki ambisi besar mengenai citanya, demi itu semua, ia rela meninggalkan pekerjaannya sewaktu di bangka, padahal ia sudah nyaman dengan suasana kerjanya, akhirnya ia memutuskan untuk berkelana ke Jakarta, memang pekerjaan sudah ia dapatkan, hanya saja dengan ritme aktivitas yang padat, sehingga sedikit baginya untuk istirahat, bahkan beberapa kali ia jatuh sakit, seperti yang sudah aku ceritakan di atas, tapi hal itu tidak menyurutkannya, bahkan saat aku jenguk saat itu, ia masih optimis dengan apa yang sedang ia perjuangkan. Ia yakin benar bahwa untuk menggapai sesuatu harus ada yang dikorbankan, dan tentunya ia juga yakin bahwa semua pengorbanan itu ada imbalannya.
Aku di rumah sakit hingga pukul 20.30, sengaja aku menunggu sampai bunda datang, bunda adalah panggilanku kepada Ibu Memei, sekalian silaturahmi setelah terakhir bertemu akhir Juli lalu ketika Bunda dirawat di rumah sakit ini. Bunda memang salah satu pasien di sini, dengan fasilitas yang ia dapat dari perusahaan tempat ia bekerja [sebut saja PT Timah, yang merupakan perusahaan besar di P. Bangka] setiap kali bunda sakit yang tidak ringan, ia selalu ke Jakarta, tentunya ke tempat ini, dan Memei juga mendapatkan fasilitas yang sama ketika ia sakit.
Tidak lama kemudian Bunda datang bersama menantunya [Suami dari Kakak Memei] yang baru saja turun dari kapal, karena pekerjaannya di lepas pantai. Kami mengobrol menanyakan kabar masing-masing, setelah cukup lama, aku pamit dan langsung kembali ke tempat kosku untuk mengambil pakaian kotorku dan beberapa perlengkapan yang aku butuhkan, lalu meninggalkan tempat kosku menuju rumah.
[5 November 2006]
0 Comment
Post a Comment