Minggu Pagi itu, 14 januari, sekitar pukul 6.30 WIB, aku tiba di rumah, mengganti pakaianku, men-set alarm untuk jam 9 nanti, lalu beranjak ke-peraduan. Saat itu aku ngantuk sekali, karena sabtu kemarin dari pukul 10 pagi hingga sore aku mengikuti acara yang diadakan blogfam [blogger family] setelah itu, ba’da maghrib mendapatkan undangan untuk mabid di Masjid kampus Jayabaya, Pulo mas, dan acara baru selesai ba’da subuh tadi. Setelah itu aku langsung pulang. Sengaja aku set ponselku jam 9, karena pada hari itu aku mendapat undangan pernikahan dari sobatku di Bandung, tapi karena terlalu lelap, saat alarm berbunyi, aku bangun sebentar, mematikan alarm, dan tidur lagi! Hehehe… maklum aja karena kemarin seharian beraktifitas dan malamnya belum cukup istirahat
Sekitar pukul sebelas aku bangun, karena tersadar akan rencanaku ke Bandung. Setelah bersih-bersih diri, menyiapkan pakaian, ba’da dzuhur aku pamit kepada orangtuaku untuk pergi ke Bandung. Aku sengaja mengambil jalur UKI daripada Kp. Rambutan, karena lebih dekat dari rumahku [kramatjati], baru kali ini aku ke Bandung via Uki, karena setahuku Patas dari Kp. Rambutan, Pulo Gadung atau Lebak Bulus yang menuju Bandung pasti melewati Uki sebagai pintu Tol Cikampek. Karena hari minggu aku tidak kesulitan menemukan Patas AC yang menuju Bandung, apalagi Patas yang aku naiki memang sepi, sekitar 10 orang penumpang. Sekitar 15 menit Patas Ngetem [singgah] untuk menunggu penumpang lain, setelah itu supir langsung menginjak pedal gas memasuki tol.
Saat itu kondisiku masih aga lelah, karena tidurku sepertinya kurang cukup, aku coba rebahkan badanku ke kursi, sambil memejamkan mata, dan coba merelax-kan diri, tapi bersamaan dengan itu kondektur menyalakan VCD yang menampilkan artis-artis dangdut lokal! Waduh.. pusing aku... bukan karena aku tidak suka musik itu, tapi karena penampilan para penyanyinya itu. Terus terang saat itu aku sangat risih, mau tidur tapi bising, akhirnya aku santaikan diri ini dengan melihat pemandangan sepanjang jalan, sampai akhirnya mataku lelah, dan tertidur sebentar.
Ketika memasuki tol cipularang aku terbangun, aku coba nikmati pemandangan di sepanjang jalan, kulihat di tepian sawah seorang petani sedang beristirahat, sungai kecil mengalir dengan tenangnya, dan ini mengingatkanku dengan suasana tempat nenek-ku di Bogor, waktu berumur 4 tahun aku sempat tinggal beberapa tahun di sana, biasanya menjelang siang aku dan temanku bermain di pinggir sawah yang baru saja ditanam, untuk mencari kepiting! Dan seringkali kami terlihat oleh pemiliknya, wajar saja klo pemiliknya marah-marah lantaran sawahnya kami injak-injak!hehe...tapi kami ulangi itu hampir setiap hari,...hehe.. dilain waktu aku dan temanku juga suka berenang di sungai, bermain air, dan iseng menangkap ikan kecil, serta kepiting yang bersembunyi di lubang-lubang, suatu ketika aku berhasil menangkap se-ekor kepiting besar, lalu aku bawa ke rumah, di rumah aku main-mainkan kepiting itu, sampai-sampai karena cerobohnya aku, posisi ibu jariku mendekati jepitnya, dan akhirnya aku teriak ”huaaaaaaaaa...” ibu jariku terjepit oleh kepiting besar! Spontan orang-orang disekitar kaget, ibu jariku terasa sakit sekali, 2 menitan dijepit kepiting itu, dan baru terlepas setelah aku hempaskan lenganku ke udara. Aku sempat menangis dibuatnya! Walah,... kapok! Capitannya membekas di ibu jariku, tapi untungnya tidak beracun, dan 3 hari kemudian kondisi jariku normal kembali. Halah.... jadi cerita masa kecil, melanjutkan perjalananku ke Bandung, Patas AC yang aku naiki sudah sampai di Padalarang, pemandangannya memang sungguh indah, kali ini aku melihat kebun teh yang sangat luas, dan ini mengingatkanku saat mengikuti latihan survival [bertahan hidup] bersama TNI AU, dan beberapa MENWA [resimen mahasiswa], kebetulan saat itu aku perwakilan dari Pramuka Saka Dirgantara [pramuka udara], survival diadakan di Parakan Salak, Sukabumi, yang sebagian besar adalah kebun teh, saat makan siang kami membuat sayur daun teh! Hehe... baru kali itu aku mencoba daun teh yang disayur, aga pahit, tapi cukup menyegarkan, karena kami hanya dibekali dengan ½ liter beras, garam, dan kecap, dan itu adalah makanan kami selama 2 malam. Tidak terasa perjalananku sudah sampai Pasir Koja, dan sebentar lagi sudah mendekati ”terminal leuwi panjang”. Tepat 2 jam perjalanan dari Jakarta ke terminal ini, dan aku pikir ini waktu tercepat yang pernah aku lewati, mungkin karena hari itu hari Minggu dan melewati Tol baru Cipularang.
Seingatku ada Patas AC dari terminal menuju rumah sohibku yang bertempat tinggal di Ujung Berung, entah kenapa dinamakan itu [aku menebak, karena memang lokasinya di ujung Bandung]. Setelah aku tanyakan kepada salah satu petugas, ternyata memang ada Patas yang langsung menuju Ujung Berung [trayek leuwi panjang-cibiru] dan orang-orang mengenalnya dengan ”cibiru”. Sebenarnya memang ada alternatif lain, aku bisa menggunakan DAMRI sampai Cicaheum, dan meneruskan dengan angkot kecil menuju Ujung berung, tapi aku pikir lebih nyaman bila sekali jalan aja! Hehe.. ga mau cape’. Hmm... cukup menyenangkan karena jalur yang dilalui adalah jalur-jalur yang aku kenal, keluar dari leuwi panjang patas melewati kebon kalapa, alun-alun, braga, dan ternyata melewati veteran juga [aku pernah menginap di daerah ini], selanjutnya keluar di Jl. Achmad Yani, Cicaheum, lalu melewati jl. Sindang laya, dan Ujung Berung. Patokanku saat itu adalah POM Bensin, berseberangan dengan Perumahan Ujung Berung Indah. Sesampainya di sana dan untuk menghemat waktu, aku naik ojek. Ternyata jaraknya tidak terlalu jauh, tapi setidaknya mempermudah aku mencari alamat sohibku, karena terakhir informasi yang aku terima sohibku itu pindah rumah, tapi tetap satu kompleks.
Setelah sampai di dekat rumahnya, aku kaget karena acaranya sudah selesai, waduh! Aku pikir acaranya sampai malam, tapi ternyata tradisi orang situ, acara biasanya hanya sampai menjelang ashar, baru tau aku! Tapi bukan masalah besar sih, toh, aku bisa bersilaturahmi lebih lama dengan sohibku dan suaminya. Ohya, sohibku bernama Linda Yunita, aku memanggilnya Teh Lin, karena memang usianya diatasku, dan aku menganggapnya seperti kakakku sendiri. Awalnya rencanaku selain datang ke tempat teh lin, juga ingin silaturahmi dengan teman-temanku yang lain, tapi sayangnya waktu yang terbatas, karena aku terlalu siang berangkat dari Jakarta, dan esok hari aku harus kerja, akhirnya selang waktu 2 jam, sekitar pukul 17.30 aku pamit dan langsung menuju Jakarta.
Hari itu aku cukup senang, karena bisa bersilaturahmi dengan sohibku yang sudah lama tidak berjumpa, selain itu aku bisa sedikit refreshing dengan perjalanannya. Ya, walaupun aku hanya sebentar menginjakkan kakiku di kota itu, tapi perasaanku lega, semoga saja ada kesempatan berikutnya, sehingga aku bisa memanfaatkannya dengan berkunjung ke tempat teman-temanku.
Sekitar pukul sebelas aku bangun, karena tersadar akan rencanaku ke Bandung. Setelah bersih-bersih diri, menyiapkan pakaian, ba’da dzuhur aku pamit kepada orangtuaku untuk pergi ke Bandung. Aku sengaja mengambil jalur UKI daripada Kp. Rambutan, karena lebih dekat dari rumahku [kramatjati], baru kali ini aku ke Bandung via Uki, karena setahuku Patas dari Kp. Rambutan, Pulo Gadung atau Lebak Bulus yang menuju Bandung pasti melewati Uki sebagai pintu Tol Cikampek. Karena hari minggu aku tidak kesulitan menemukan Patas AC yang menuju Bandung, apalagi Patas yang aku naiki memang sepi, sekitar 10 orang penumpang. Sekitar 15 menit Patas Ngetem [singgah] untuk menunggu penumpang lain, setelah itu supir langsung menginjak pedal gas memasuki tol.
Saat itu kondisiku masih aga lelah, karena tidurku sepertinya kurang cukup, aku coba rebahkan badanku ke kursi, sambil memejamkan mata, dan coba merelax-kan diri, tapi bersamaan dengan itu kondektur menyalakan VCD yang menampilkan artis-artis dangdut lokal! Waduh.. pusing aku... bukan karena aku tidak suka musik itu, tapi karena penampilan para penyanyinya itu. Terus terang saat itu aku sangat risih, mau tidur tapi bising, akhirnya aku santaikan diri ini dengan melihat pemandangan sepanjang jalan, sampai akhirnya mataku lelah, dan tertidur sebentar.
Ketika memasuki tol cipularang aku terbangun, aku coba nikmati pemandangan di sepanjang jalan, kulihat di tepian sawah seorang petani sedang beristirahat, sungai kecil mengalir dengan tenangnya, dan ini mengingatkanku dengan suasana tempat nenek-ku di Bogor, waktu berumur 4 tahun aku sempat tinggal beberapa tahun di sana, biasanya menjelang siang aku dan temanku bermain di pinggir sawah yang baru saja ditanam, untuk mencari kepiting! Dan seringkali kami terlihat oleh pemiliknya, wajar saja klo pemiliknya marah-marah lantaran sawahnya kami injak-injak!hehe...tapi kami ulangi itu hampir setiap hari,...hehe.. dilain waktu aku dan temanku juga suka berenang di sungai, bermain air, dan iseng menangkap ikan kecil, serta kepiting yang bersembunyi di lubang-lubang, suatu ketika aku berhasil menangkap se-ekor kepiting besar, lalu aku bawa ke rumah, di rumah aku main-mainkan kepiting itu, sampai-sampai karena cerobohnya aku, posisi ibu jariku mendekati jepitnya, dan akhirnya aku teriak ”huaaaaaaaaa...” ibu jariku terjepit oleh kepiting besar! Spontan orang-orang disekitar kaget, ibu jariku terasa sakit sekali, 2 menitan dijepit kepiting itu, dan baru terlepas setelah aku hempaskan lenganku ke udara. Aku sempat menangis dibuatnya! Walah,... kapok! Capitannya membekas di ibu jariku, tapi untungnya tidak beracun, dan 3 hari kemudian kondisi jariku normal kembali. Halah.... jadi cerita masa kecil, melanjutkan perjalananku ke Bandung, Patas AC yang aku naiki sudah sampai di Padalarang, pemandangannya memang sungguh indah, kali ini aku melihat kebun teh yang sangat luas, dan ini mengingatkanku saat mengikuti latihan survival [bertahan hidup] bersama TNI AU, dan beberapa MENWA [resimen mahasiswa], kebetulan saat itu aku perwakilan dari Pramuka Saka Dirgantara [pramuka udara], survival diadakan di Parakan Salak, Sukabumi, yang sebagian besar adalah kebun teh, saat makan siang kami membuat sayur daun teh! Hehe... baru kali itu aku mencoba daun teh yang disayur, aga pahit, tapi cukup menyegarkan, karena kami hanya dibekali dengan ½ liter beras, garam, dan kecap, dan itu adalah makanan kami selama 2 malam. Tidak terasa perjalananku sudah sampai Pasir Koja, dan sebentar lagi sudah mendekati ”terminal leuwi panjang”. Tepat 2 jam perjalanan dari Jakarta ke terminal ini, dan aku pikir ini waktu tercepat yang pernah aku lewati, mungkin karena hari itu hari Minggu dan melewati Tol baru Cipularang.
Seingatku ada Patas AC dari terminal menuju rumah sohibku yang bertempat tinggal di Ujung Berung, entah kenapa dinamakan itu [aku menebak, karena memang lokasinya di ujung Bandung]. Setelah aku tanyakan kepada salah satu petugas, ternyata memang ada Patas yang langsung menuju Ujung Berung [trayek leuwi panjang-cibiru] dan orang-orang mengenalnya dengan ”cibiru”. Sebenarnya memang ada alternatif lain, aku bisa menggunakan DAMRI sampai Cicaheum, dan meneruskan dengan angkot kecil menuju Ujung berung, tapi aku pikir lebih nyaman bila sekali jalan aja! Hehe.. ga mau cape’. Hmm... cukup menyenangkan karena jalur yang dilalui adalah jalur-jalur yang aku kenal, keluar dari leuwi panjang patas melewati kebon kalapa, alun-alun, braga, dan ternyata melewati veteran juga [aku pernah menginap di daerah ini], selanjutnya keluar di Jl. Achmad Yani, Cicaheum, lalu melewati jl. Sindang laya, dan Ujung Berung. Patokanku saat itu adalah POM Bensin, berseberangan dengan Perumahan Ujung Berung Indah. Sesampainya di sana dan untuk menghemat waktu, aku naik ojek. Ternyata jaraknya tidak terlalu jauh, tapi setidaknya mempermudah aku mencari alamat sohibku, karena terakhir informasi yang aku terima sohibku itu pindah rumah, tapi tetap satu kompleks.
Setelah sampai di dekat rumahnya, aku kaget karena acaranya sudah selesai, waduh! Aku pikir acaranya sampai malam, tapi ternyata tradisi orang situ, acara biasanya hanya sampai menjelang ashar, baru tau aku! Tapi bukan masalah besar sih, toh, aku bisa bersilaturahmi lebih lama dengan sohibku dan suaminya. Ohya, sohibku bernama Linda Yunita, aku memanggilnya Teh Lin, karena memang usianya diatasku, dan aku menganggapnya seperti kakakku sendiri. Awalnya rencanaku selain datang ke tempat teh lin, juga ingin silaturahmi dengan teman-temanku yang lain, tapi sayangnya waktu yang terbatas, karena aku terlalu siang berangkat dari Jakarta, dan esok hari aku harus kerja, akhirnya selang waktu 2 jam, sekitar pukul 17.30 aku pamit dan langsung menuju Jakarta.
Hari itu aku cukup senang, karena bisa bersilaturahmi dengan sohibku yang sudah lama tidak berjumpa, selain itu aku bisa sedikit refreshing dengan perjalanannya. Ya, walaupun aku hanya sebentar menginjakkan kakiku di kota itu, tapi perasaanku lega, semoga saja ada kesempatan berikutnya, sehingga aku bisa memanfaatkannya dengan berkunjung ke tempat teman-temanku.
0 Comment
Post a Comment