Belajar dari Kematian (2)

Written by Sachdar Gunawan | Friday, January 05, 2007 | | 0 Comment »

Dimulai saat kita menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya, lalu kita tidak ada apa-apanya lagi selain “sebongkah daging”, tubuh kita yang diam dan terbujur kaku, akan dibawa ke kamar mayat. Di sana tubuh kita akan dimandikan untuk yang terakhir kalinya, dengan dibungkus kain kafan, jenazah kita akan dibawa ke kuburan dalam sebuah usungan atau peti mati. Sesudah jenazah kita dimasukkan ke dalam liang lahat, maka tanah akan menutupi kita, ini adalah kesudahan cerita kita di dunia. Mulai saat ini, kita hanyalah seseorang yang namanya terukir pada batu nisan di kuburan.

Selama berbulan-bulan atau tahun-tahun pertama, kuburan kita sering dikunjungi, namun seiring dengan berlalunya waktu, hanya sedikit orang yang akan datang. Beberapa tahun kemudian, tidak seorangpun yang datang mengunjungi kuburan kita. Sementara itu, keluarga dekat kita akan mulai mengalami kehidupan yang berbeda, yang disebabkan oleh kematian kita.

Di rumah, ruang , kursi dan tempat tidur kita akan kosong, setelah pemakaman, sebagian barang-barang milik kita akan disimpan di rumah; baju, sepatu, dan lain-lain yang dulu menjadi milik kita akan diberikan kepada mereka yang memerlukannya, berkas-berkas kita di kantor akan dibuang atau diarsipkan.

Selama tahun-tahun pertama, beberapa orang masih berkabung akan kepergian anda. Namun waktu akan mempengaruhi ingatan-ingatan mereka terhadap masa lalu. Empat atau lima dasawarsa kemudian, hanya sedikit orang saja yang masih mengenang kita, tak lama lagi, generasi baru muncul dan tidak seorang pun dari generasi kita yang masih hidup di muka bumi ini. Apakah kita diingat orang atau tidak, hal tersebut tidak ada gunanya bagi kita.

Sementara semua hal itu terjadi di dunia, jenazah yang ditimbun tanah akan mengalami proses pembusukkan yang cepat, segera setelah kita dimakamkan, maka bakteri-bakteri dan serangga-serangga akan berkembang biak pada tubuh kita; hal tersebut terjadi dikarenakan ketiadaan oksigen. Gas yang dilepaskan oleh jasad renik ini mengakibatkan tubuh jenazah menggembung, mulai dari daerah perut, yang mengubah bentuk dan rupanya. Buih-buih darah akan meletup dari mulut dan hidung dikarenakan tekanan gas yang terjadi di sekitar diafragma paru-paru kita. Selagi proses ini berlangsung, rambut, kuku, tapak kaki, dan tangan akan terlepas dari tempatnya.

Seiring dengan terjadinya perubahan di tubuh bagian luar, organ tubuh bagian dalam seperti paru-paru, jantung dan hati juga mulai membusuk. Sementara itu pemandangan yang paling mengerikan terjadi di sekitar perut kita, yaitu ketika kulit tidak dapat lagi menahan tekanan gas dan tiba-tiba pecah, menyebarkan bau menjijikkan yang tak tertahankan. Mulai dari tengkorak, otot-otot akan terlepas dari tempatnya, kulit dan jaringan lembut lainnya akan tercerai belai, otak juga akan mulai membusuk dan tampak menjadi seperti tanah liat. Semua proses ini terus berlangsung sehingga seluruh tubuh yang kita banggakan saat ini akhirnya menjadi kerangka tulang-belulang.

Tidak ada kesempatan untuk kembali kepada kehidupan yang sebelumnya, berkumpul bersama keluarga di meja makan, bersosialisasi atau memiliki pekerjaan yang terhormat, semuanya tidak akan mungkin terjadi lagi, singkatnya, ”onggokan daging dan tulang” yang tadinya dapat dikenali; mengalami akhir yang menjijikkan, dilain pihak, kita atau lebih tepatnya, jiwa kita akan meninggalkan tubuh ini segera setelah nafas kita berakhir, sedangkan sisa dari kita, tubuh kita akan menjadi bagian dari tanah. Akhir kehidupan yang sangat dahsyat yang menunggu manusia, manusia seharusnya menyadarkan dirinya bahwa ia bukanlah hanya tubuh semata, melainkan jiwa yang ”dibungkus” dalam tubuh, dengan lain perkataan, manusia harus menyadari bahwa ia memiliki suatu eksistansi di luar tubuhnya, selain itu manusia harus paham akan kematian tubuhnya yang ia coba untuk miliki seakan-akan ia akan hidup selamanya di dunia yang sementara ini. Tubuh yang diaggapnya sangat penting ini, akan membusuk serta menjadi makanan cacing suatu hari nanti dan berakhir menjadi kerangka. Mungkin saja hal tersebut segera terjadi.

Manusia yang diciptkan seorang diri haruslah waspada bahwa ia juga akan mati seorang diri, namun selama hidupnya, ia hampir selalu hidup untuk memenuhi segala keinginannya. Tujuan utamanya dalam hidup, hanyalah untuk memenuhi hawa nafsunya. Namun tidak seorangpun dapat membawa harta bendanya ke dalam kuburan. Jenazah kita dikuburkan hanya dengan dibungkus kain kafan yang dibuat dari bahan yang murah.

Tubuh datang ke dunia ini seorang diri dan pergi darinya pun dengan cara yang sama, modal yang dapat dibawa seseorang ketika mati hanyalah amal-amalnya saja. Teman sejati hanyalah amal!

[5 Januari 2006]

0 Comment