Perawan Senja

Written by Sachdar Gunawan | Monday, February 19, 2007 | , , | 0 Comment »

Ketika alam menyambut senja, terlihat seorang hawa sedang menengadahkan wajahnya, terbesit makna yang dalam sekali kala ia mengartikan pesona langit. Dirinya memuncak kagum mensyukuri garis-garis kehidupan, lamunannya yang sesaat mensyiratkan betapa kecil dirinya dihadapan Tuhan-nya. Saat itu ia memang sedang lelah, ia sedang mengistirahatkan buah pikirnya, saat itu ia memang sendiri, tapi sendirinya bukan berarti sepi.

Kesendirian yang menghampirinya tidak membuatnya gelisah, justru hal itu semakin menguatkan batinnya, sebenarnya ia tidak sepenuhnya sendiri, karena ia habiskan waktunya untuk beraktivitas, aktivitaslah yang menemaninya. ia selalu berbuat sesuatu yang bisa membuat hatinya bebas, bebas dari rasa kesepian, bebas dari kungkungan yang membingkai dirinya. Ia selalu berusaha melakukan sesuatu yang bisa berarti untuknya dan orang sekitarnya.

Ia adalah seorang yang egois, bahkan sangat egois, tapi egois dalam mempertahankan prinsipnya, prinsip untuk menjaga dirinya dari segala keangkaramungkaran dan kenistaan dunia, ia memayungi dirinya dengan iman, ia melindungi dirinya dari cinta picisan, yang hanya mempecundangi dirinya.

Sesuatu yang berharga yang terdapat pada dirinya masih utuh dan terjaga dengan baik, terbungkus dengan rapi, bak mawar yang terlindungi oleh durinya. Ia mempertahankan itu semua dengan menutup semua inderanya. Ia menutup matanya dari visual yang mengundang syahwat, ia menutup telinganya dari kebejatan nafsu manusia, ia menutup hatinya dari segala sesuatu yang mengundang birahi. Itu merupakan nilai lebih yang ada pada dirinya, dialah mutiara di dasar laut yang menjadi dambaan para pencari perhiasan dunia,

Sungguh tidak layak jika dirinya dibandingkan dengan wanita pasaran, yang mengobral diri mereka dengan gelimang harta atau tahta, sungguh dirinya tidak sebanding dengan para pengobral mahkota jiwa. Ia adalah sosok seorang kasih yang hanya memberikan cinta sejatinya kepada pasangan sejati. Ia hanya akan melepaskan mahkotanya kepada seorang adam yang sudah sah sebagai pasangan hidupnya di hadapan Tuhan.

Berapa banyak hawa yang sepertinya, berapa banyak hawa yang memiliki pesona sepertinya, mereka ada tapi tak nampak, mereka hanya terlihat jika kita menggunakan kacamata iman, dan tidak semua adam bisa memanfaatkan kacamata itu.

Benarkah dirinya menjadi minoritas di alam dunia ini? Bila seperti itu, alangkah sulitnya mencari insan sejati seperti dirinya. Tapi, tidak usah khawatir, wahai kaum adam! Kita harus yakin, jika kita berusaha menjadi yang terbaik, Tuhan akan memberikan kita yang terbaik juga.

0 Comment