Pagi ini, aku telah siapkan perlengkapan kerjaku, tapi hujan yang turun belum juga mereda, memang tidak begitu besar, tapi cukup untuk membuat pakaian dalamku basah. dengan berselimutkan jaket hitam, aku paksakan diriku untuk keluar dari tempat kosku itu, karena payung yang pernah kusimpan dulu, tertinggal di rumah orangtuaku. Walah! Ditengah perjalanan hujan sepertinya tidak bersahabat! Intensitas airnya semakin meningkat, untung saja aku mengenakan jaket, tapi celana panjangku sudah mulai memberat, karena menyerap air hujan yang cukup banyak! Sempat terpikir untuk meneduh sebentar, tapi hujan ini tidak main-main, dia tidak akan semudah itu menyerah untuk menurunkan airnya ke bumi, mungkin kali ini adalah pelampiasannya setelah sekian lama tidak memuntahkan air.
Kupercepat langkahku agar cepat sampai di kantor, sengaja ku rogoh kantung celana yang berisi saputangan cokelat, kusibakkan di atas kepalaku, dan sambil berjalan ku selipkan ujung saputangan itu ke atas telingaku, supaya tidak terbang terhempas angin dingin. Kulihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul sembilan kurang lima belas menit, aku harus tiba sebelum jam sembilan, karena di kantor sudah menungguku untuk rapat proyek yang sedang ditangani. Tapi….aduh,… kakiku terpeleset,.. untung saja tidak sampai terjatuh, aku terus lanjutkan langkahku, kutelusuri gang-gang kecil itu, terkadang aku harus menghentikan langkah dan aga memojokkan diriku ke sisi jalan, karena harus bergantian dengan pengguna jalan yang lain.
Akhirnya sampai juga di kantorku, sekitar dua puluh menitan perjalanan kutempuh. Aku teringat lagi dengan kilasan jalan-jalan yang telah kulalui, saat ada tukang roti yang berpapasan denganku, terpaksa aku harus mundur mengalah sampai persimpangan, lalu melanjutkan langkahku, belum ada dua puluh langkah, sepeda motor sudah membunyikan klaksonnya tepat dua meter di depanku, jadilah aku mengulangi tindakanku yang tadi. Memang hati terasa jengkel juga, tapi aku tidak biasa meneguhkan egoku, mungkin saja pengendara motor itu memang sedang dikejar waktu juga, mungkin saja kepentingannya lebih berarti daripada aku. Tapi sudahlah, aku cukup senang bisa mengalah, andai aku bisa berbuat lebih untuk membantu sekitarku yang sedang kesulitan, pasti akan kulakukan.
Aku lepaskan jaket hitam yang membungkus kemeja biruku, dan kondisinya sudah aga lepek, karena telah melindungiku dari guyuran air hujan. Aku coba atur nafasku, lalu ku ambil kopi susu kesukaanku dari laci mejaku. Lalu aku seduh dengan air panas, dan,.. kuseruput pelan.....syyruuupp...syruuppp,.. betapa nikmatnya! Aku hidupkan komputer untuk mengecek ulang point-point yang perlu di bahas dalam rapat nanti. Sambil sesekali menyeruput ulang kopi susuku petanda bahwa Aku siap beraktivitas hari ini!
Kupercepat langkahku agar cepat sampai di kantor, sengaja ku rogoh kantung celana yang berisi saputangan cokelat, kusibakkan di atas kepalaku, dan sambil berjalan ku selipkan ujung saputangan itu ke atas telingaku, supaya tidak terbang terhempas angin dingin. Kulihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul sembilan kurang lima belas menit, aku harus tiba sebelum jam sembilan, karena di kantor sudah menungguku untuk rapat proyek yang sedang ditangani. Tapi….aduh,… kakiku terpeleset,.. untung saja tidak sampai terjatuh, aku terus lanjutkan langkahku, kutelusuri gang-gang kecil itu, terkadang aku harus menghentikan langkah dan aga memojokkan diriku ke sisi jalan, karena harus bergantian dengan pengguna jalan yang lain.
Akhirnya sampai juga di kantorku, sekitar dua puluh menitan perjalanan kutempuh. Aku teringat lagi dengan kilasan jalan-jalan yang telah kulalui, saat ada tukang roti yang berpapasan denganku, terpaksa aku harus mundur mengalah sampai persimpangan, lalu melanjutkan langkahku, belum ada dua puluh langkah, sepeda motor sudah membunyikan klaksonnya tepat dua meter di depanku, jadilah aku mengulangi tindakanku yang tadi. Memang hati terasa jengkel juga, tapi aku tidak biasa meneguhkan egoku, mungkin saja pengendara motor itu memang sedang dikejar waktu juga, mungkin saja kepentingannya lebih berarti daripada aku. Tapi sudahlah, aku cukup senang bisa mengalah, andai aku bisa berbuat lebih untuk membantu sekitarku yang sedang kesulitan, pasti akan kulakukan.
Aku lepaskan jaket hitam yang membungkus kemeja biruku, dan kondisinya sudah aga lepek, karena telah melindungiku dari guyuran air hujan. Aku coba atur nafasku, lalu ku ambil kopi susu kesukaanku dari laci mejaku. Lalu aku seduh dengan air panas, dan,.. kuseruput pelan.....syyruuupp...syruuppp,.. betapa nikmatnya! Aku hidupkan komputer untuk mengecek ulang point-point yang perlu di bahas dalam rapat nanti. Sambil sesekali menyeruput ulang kopi susuku petanda bahwa Aku siap beraktivitas hari ini!
0 Comment
Post a Comment