Hari Kita Adalah Hari Ini

Written by Sachdar Gunawan | Tuesday, March 06, 2007 | | 0 Comment »

Agar lebih bagus dan kuat,

kendi kecil lalu dimasukkan ke dalam tungku untuk dibakar

Keluar dari pembakaran, kendi kecil berkata,

“ Di masa lalu kita adalah seonggok tanah liat. Kita penuh dengan segala potensi. Dibuat menjadi botol, vas bunga atau kendi atau batu bata. “

Sekarang kita sudah menjadi kendi kecil.

Kita masih penuh dengan kemungkinan.

Bisa diisi minuman keras, air, obat, atau harta kekayaan

Jangan membawa beban masa lalu. Jangan hidup dalam masa depan. Satu-satunya yang penting adalah hidup pada saat ini secara penuh dan apa adanya. Apa pun kondisi hidup kita, jadilah yang terbaik dengan hidup pada saat ini. Jika menjadi palu besi, kita akan memukul dengan sekuat tenaga. Jika menjadi paron ( landasan untuk menampal besi ), kita akan mencoba kokoh dan stabil seperti batu gunung

Jika datang pagi maka janganlah menunggu tibanya sore. Pada hari ini Kita hidup, bukan di hari kemarin yang telah berlalu dengan segala kebaikan dan kejelekannya, dan bukan pula hari esok yang belum tentu datang. Hari ini dengan mataharinya yang menyinari Kita, adalah hari Kita. Umur Kita hanya sehari. Karena itu anggaplah rentang kehidupan Kita adalah hari ini saja, seakan-akan Kita dilahirkan pada hari ini dan akan mati hari ini juga. Saat itulah Kita hidup, jangan tersangkut dengan gumpalan masa lalu dengan segala keresahan dan kesusahannya, dan jangan pula terikat dengan ketidakpastian-ketidakpastian di masa yang penuh dengan hal-hal yang menakutkan serta gelombang yang sangat mengerikan. Hanya untuk hari ini sajalah seharusnya Kita mencurahkan seluruh perhatian, kepedulian dan kerja keras.
Hanya untuk hari ini saja, saat di mana Kita hidup. Oleh karena itu, Kita harus benar-benar membagi setiap jamnya. Anggaplah setiap menitnya sebagai hitungan tahun, dan setiap detiknya sebagai hitungan bulan, saat-saat dimana Kita bisa menanam kebaikan dan mempersembahkan sesuatu yang indah. Bersiap-siaplah untuk sebuah perjalanan nanti, dan nikmatilah hari ini dengan segala kesenangan dan kebahagiaan. Terimalah rezeki yang Kita dapatkan hari ini dengan penuh keridhaan: Istri, suami, anak-anak, tugas-tugas, rumah, ilmu, dan posisi Kita.

Jalanilah hidup Kita hari ini dengan tanpa kesedihan dan guncangan jiwa, tanpa rasa tidak menerima dan keirian, dan tanpa kedengkian.
Satu hal yang harus Kita lakukan adalah menuliskan pada dinding hati Kita suatu kalimat (yang juga harus Kita tuliskan di atas meja Kita):

"Harimu adalah hari ini".

Jika Kita makan nasi hangat hari ini, maka apakah nasi yang Kita makan kemarin atau nasi besok hari yang belum jadi akan berdampak negatif terhadap diri Kita?
Jika Kita bisa minum air jernih dan segar hari ini, maka mengapa Kita harus bersedih atas air asin yang Kita minum kemarin? Atau, mengapa malah mengharapkan air yang hambar dan panas yang akan datang esok hari?
Jika Kita jujur terhadap diri Kita sendiri maka dengan kemauan keras, Kita akan bisa menundukkan jiwa Kita pada teori ini :

"Saya tidak akan pernah hidup kecuali hari ini."

Oleh karena itu, manfaatkanlah hari ini, setiap detiknya, untuk membangun kepribadian, untuk mengembangkan semua potensi yang ada, dan untuk membersihkan amalan Kita.
Katakanlah:
"Hari ini saya akan mengatakan yang baik-baik saja. Saya tidak akan pernah mengucapkan kata-kata kotor dan menjijikkan, tidak akan pernah mencela dan mengghibah. Hari ini saya akan menertibkan rumah dan kantor, agar tidak semrawut dan berantakan, agar rapi dan teratur. Karena saya hanya hidup untuk hari ini saja, maka saya akan memperhatikan kebersihan dan penampilan diri. Juga, gaya hidup, keseimbangan cara berjalan, bertutur dan tindak tanduk."
Saya hidup untuk hari ini saja, karenanya saya akan menanam nilai-nilai keutamaan di dalam hati ini dan mencabut pohon kejahatan berikut ranting-rantingnya yang berduri: takabur, ujub, riya', dan buruk sangka.
Saya hidup untuk hari ini saja, karenanya saya akan berbuat baik kepada orang lain dan mengulurkan tangan kebaikan kepada mereka: menjenguk yang sakit, mengantarkan jenazah, menunjukkan jalan yang benar bagi yang kebingungan, memberi makan orang kelaparan, menolong orang yang sedang dalam kesulitan, membantu yang dizhalimi, membantu yang lemah, mengasihi yang menderita, menghormati seorang yang alim, menyayangi anak kecil, dan menghormati yang sepuh.
Karena saya hidup untuk hari ini saja, maka saya akan hidup untuk mengucapkan;

"Wahai masa lalu yang telah berlalu dan selesai, tenggelamlah bersama mataharimu. Aku tidak akan menangisi kepergianmu, dan kamu tidak akan pernah melihatku tercenung sedetikpun untuk mengingatmu. Kamu telah meninggalkan kami semua, pergi dan tak pernah kembali lagi."
"Wahai masa depan, yang masih berada dalam keghaiban, aku tidak akan pernah bergelut dengan mimpi-mimpi dan tidak akan pernah menjual diri untuk ilusi. Aku tidak memburu sesuatu yang belum tentu ada karena esok hari tidak berarti apa-apa, esok hari adalah sesuatu yang belum diciptakan, dan tidak pantas dikenang."
"Hari Kita adalah hari ini", adalah ungkapan yang paling indah dalam "kamus kebahagiaan", kamus bagi mereka yang menginginkan kehidupan yang paling indah dan menyenangkan.

0 Comment